Pulau Paserang Pasca Lebaran 2014
tulisan
ini baru saja kurampungkan tepat menjelang purnama ke tujuh di tahun hijriah.
Cukup lama mengingat catatan perjalanan yang akan kukisahkan pada kalian sudah
terjadi hampir setahun silam. Sebuah perjalanan yang tentunya menyisakan
pengalaman terindah bersama sahabat-sahabat, takkan luput dari ingatan
seseorang yang kesehariannya lebih sering menyendiri dalam keheningan malam.
setiap menjelang tidur, selalu saja ada jeda waktu yang membuat ingatan akan
indahnya hari kemarin, melayang layang di otak. dari sana kucoba untuk
kumpulkan puing puing kisah bersama mereka.
… hari ke tiga pasca merayakan kemenangan umat
muslim, saya berniat kembali ke kota Mataram tempat mengais rejeki. Tepat pukul
sembilan, saya meninggalkan kampung halaman tercinta. Dimana sang mentari masih
hangat hangatnya menyinari tanah yang dingin. Yah, kampung saya memang
sangatlah dingin, kabut-kabut begitu enggan beranjak membuat sang mentari
berberat hati memacarkan sinarnya.
Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam lebih,
tiba di sebuah kampung tempat saudara saya menetap. Saya pun mampir
beristirahat sekalian silaturrahmi dengan keluarga disana. Saya raih hape dalam tas, buka dan sejumlah
perbincangan di chat grup sudah rame. Apalagi kalau bukan dari mereka,
sahabat-sahabat seperjuangan. Masih dalam suasana hari libur begini mereka
selalu sibuk mengatur rencana liburan. Mereka punya segudang tujuan wisata
untuk hari libur. Dari yang awalnya plan A sudah fix, dalam sekejap bisa
berubah menjadi plan Z. haha... Untungnya mereka memiliki jiwa yang sama,
sehingga tidak begitu sulit buat mereka untuk menyatukan pendapat.
jika saja plan A terlaksana, maka kami tak
semestinya rame di chat grup, membicarakan plan B, Plan C dan seterusnya. kala
itu terbayang kami tengah menapaki rinjani, menikmati savananya yang katanya
kren banget, mendirikan tenda di Plawangan, menikmati bintang-bintang
bertaburan dilangit, dan menginjakkan kaki di ketinggian 3726 mdpl. Namun sejumlah
kendala pun datang menjelang keberangkatan. Kalo dipikirkan kembali, memang
saat itu kami belum siap seratus persen untuk ke rinjani. mungkin saat itu
terlalu berambisi, terlalu percaya diri dengan kemampuan yang bahkan belum
teruji. upsss..
Pembicaraan mereka di grup hanya sekilas saya baca
tanpa ikut nimbrung. Karena takkan mungkin saya ikut liburan bersama mereka di Lombok,
sementara saya masih di seberang. Di pulau Sumbawa. private message dari mereka
pun masuk ke hape saya. yang intinya mereka melarang saya untuk menyeberang ke
lombok dulu. Isi pesan mereka seolah-olah saya sebentar lagi memasuki kapal dan
meninggalkan Sumbawa.. oke oke.. padahal saya tengah duduk santai menikmati
jajanan jajanan lebaran yang seabrek diatas meja di rumah saudara saya. Yahhh...
mereka pada akhirnya memutuskan untuk bermalam di Pulau Paserang. Pulau yang
terletak di sisi barat Pulau Sumbawa tepat di selatan Pelabuhan Poto tano
"Lawang Desa" Pulau Sumbawa. dan *demi
menjumpai saya* berangkatlah mereka meninggalkan ibukota. Puluhan kilo
perjalanan mereka tempuhi, samudra yang dalam mereka arungi, tak peduli panas
yang menyengat dan angin laut yang berhembus kecang. Setelah 2 jam mereka mengendarai sepeda motor, dan
tiba di pelabuhan Kayangan, saya pun mempersiapkan diri dan berangkat ke Tano.
Penyeberangan ke Paserang |
Dermaga Kenawa/Paserang |
Saya yang sudah tiba di Tano lebih awal dari
mereka, ngobrol ringan dengan pak Arif di Kantor Dinas Kelautan. Pak Arif yang
bekerja di Dinas Kelautan awalnya saya fikir boatman yang akan mengantar kami ke Paserang, namun ternyata beliau bekerja dan tinggal di Kantor Dinas Kelautan
tersebut. Kantornya tidak jauh dari pintu masuk Pelabuhan Poto tano, atau
persis di depan pelabuhan menuju Pulau Kenawa. Beliaulah yang mencarikan kami
boatman menuju ke Paserang. Dari informasi beliau, ada satu grup yang
berkunjung ke Pulau Kenawa yang sedang dijemput oleh boatman, dan dengan boat
tersebut kami akan diantar menuju Pulau Paserang. Saya yang sungkan basa basi
dengan orang yang lebih tua, terpaksa hanya menjadi pendengar yang baik buat
beliau. Manakala suasana sedang hening, sesekali saya beranjak dari tempat
duduk, memandang ke arah dermaga menunggu bahtera yang mereka tumpangi
berlabuh.
matahari terbenam di balik rinjani yang gagah,
burung pun kembali ke peraduannya. Mereka tiba dengan membawa sejuta senyum
asin setelah 1 jam setengah di laut. Saya yang sudah menunggu setengah jam pun
ikut tersenyum menyambut mereka. Yah, kami pun bersalam-salaman, saling maaf
memaafkan. maklum masih dalam suasana Lebaran.
Sambil
menunggu kedatangan boat yang akan mengantar kami ke Paserang, kami
mempersiapkan semua barang-barang yang akan kami bawa. Memparkir motor dengan
rapi di samping bangunan tempat tinggal pak Arif agar aman, termasuk membeli
nasi untuk makan malam di Paserang. yah, Paserang merupakan sebuah Pulau tak
berpenghuni, jadi kami harus menyiapkan Logistik di Tano. Di sekitar sini hanya
satu satunya kami temukan warung nasi yang masih buka. kecuali didalam area
Pelabuhan ada banyak warung yang buka 24 jam dan tentunya agak sedikit mahal. Disini
kami bisa memesan nasi dengan harga Rp.10.000 / bungkus. saya dan seorang teman
yang bertugas membeli logistik ini berbincang hangat dengan pemilik warung,
saat mereka mengetahui kami akan bermalam di Paserang, mereka bertanya tanya
Pulau Paserang letaknya dimana. Ternyata mereka belum mengetahui keberadaan
bahkan keindahan pulau tersebut.
Setelah
persiapan semua lengkap, berangkatlah kami bertujuh melalui pelabuhan
penyeberangan Pulau Kenawa. Hanya bintang dilangit yang menjadi navigasi
pengantar kami ke Paserang. Tentunya sang boatman yang mampu membaca
radar-radar dari langit, kami hanya duduk santai menahan terpaan angin malam
dan derunya motor. Sekitar setengah jam penyeberangan yang kami tempuh. Sesampai
kami di Pulau Paserang, sang boatman mengantar kami bertemu dengan penjaga
disana. yah perlu diketahui bahwa saat kami kesana Agustus lalu, di Paserang
tengah dibangun beberapa Bungalow kerjasama antara pengembang dengan Pemerintah
Daerah. beruntunglah kami malam itu diijinkan beristirahat di salah satu bungalow
tersebut.
Bungalow yang kami tempati, terdiri dari sebuah
ruang utama ukuran sekitar 5 x 5 m, teras 2 x 5 m. ruang utama dan terasnya
mirip dengan konsep rumah panggung layaknya rumah di Sumbawa namun sedikit
lebih rendah. tiang dan balok penyangga menggunakan balok kayu, begitu pula
lantai dan dindingnya berasal dari papan kayu.
Dibagian belakang bungalow terdapat sebuah kamar mandi dilengkapi dengan
wastafel, kloset duduk dan shower. namun karena keterbatasan air bersih,
sehingga kamar mandi ini hanya kami gunakan sebagai tempat ganti pakaian.
Deru mesin kapal ferry dari dan menuju Pelabuhan
Poto Tano terdengar sayup-sayup di kejauhan. Malam itu kami hanya duduk-duduk
di teras, sambil mengobrol santai. Hingga larut malam. Tidak ada kegiatan bakar
ikan atau sejenisnya layaknya mereka yang hoby camping. Angin laut bertiup tak
terlalu kencang, cukup untuk mengusir gerahnya malam itu.
Sebelum kami diijinkan untuk menempati bungalow
ini, bapak penjaga sudah menyampaikan larangan untuk menggunakan kamar mandi
tersebut karena keterbatasan air bersih. Dari itu, saya mencoba beranjak
mencari angin segar ke tepian pantai dengan bermodal sebuah senter kecil yang
kami beli di samping warung nasi di Tano. Walau cahaya senternya agak sedikit
burem *hadehh* namun cukup untuk menyinari tiap langkah kaki ini. Kerlap kerlip
bintang dilangit dan lampu lampu nelayan menjadi teman menyisiri pantai di
malam hari.
Keesokan harinya, kami tak lupa menagih janji sang
mentari yang akan datang. Di dermaga pulau kami menghabiskan waktu menyaksikan
detik detik kemunculan sang mentari. Sinar-sinar menyeruak dibalik deret
bukit-bukit Pulau Sumbawa. Dan sang mentari pun muncul dari peraduannya. Fajar
kala itu begitu indahnya.
Sunrise Paserang |
Jump |
Roben, Riza, Iti, Echie, Rien, Indra, Yeng |
Menunggu Sunrise |
Puas
menikmati sunrise di dermaga, berfoto-foto di savanna yang telah mengering pun
kami lakoni. Pada bulan agustus ini, Pulau Paserang sedang mengalami musim
kemarau. Sehingga langit tampak cerah sepanjang hari. Perpaduan antara warna
kuning kecoklatan savanna dengan birunya langit tampak serasi. Kami pun
berselaras mencoba menyatu diantara keduanya. Tak pelak hasil jepretan kamera
DSLR tak ada yang tidak memuaskan. Setiap momen ingin selalu kami abadikan,
kehebohan kami dalam mengekspresikan diri mengundang tawa mereka para tenaga
kerja yang sedang menikmati sarapannya. Sejenak kami menjadi hiburan bagi
mereka yang telah berminggu-minggu mendiami Pulau.
savanna & bungalow Paserang |
Ketika matahari telah sepenggala naik, dan sarapan
dengan makanan ringan seadanya, kami pun tak sabar ingin menikmati keindahan
bawah lautnya Pulau Paserang. Peralatan snorkeling telah kami siapkan
sebelumnya dari Mataram, dan Alhamdulillah teman saya sudah menyiapkan untuk
saya satu set sehingga kami bisa menikmati keindahannya bersama. Seperti kita
ketahui bahwa di Pulau Paserang masih belum terkelola sehingga, tidak ada
prasarana umum yang bisa digunakan. Termasuk penyewaan snorkeling ini, bahkan
di Tano tempat penyebrangan menuju kesini juga tidak ada.
Persis di sebelah kiri dermaga kami turun, dan begitu
mulai berenang kami sudah disuguhi pemandangan bawah laut yang begitu
menakjubkan. Yah, titik snorkeling dari tepi pantai hanya berjarak beberapa
meter. Aneka ragam terumbu karang tumbuh subur, begitu pula dengan ikan ikan
karang yang begitu lincahnya berenang. Tak henti hentinya saya berdecak kagum,
dan saya yakin juga rekan-rekan saya pun kagum melihatnya. Dan yang membuat
saya semakin kagum, ada begitu banyak clown fish jenis Ocellaris disini.
Sekitar empat titik saya temui. Kelucuan tingkah laku mereka, mengikuti kemana
arah sang anemonnya bergoyang, benar-benar menjadi pertunjukan yang luar biasa.
Keberadaan mereka yang hanya beberapa meter dari permukaan, bisa dinikmati
walau hanya dengan snorkeling. Sementara di beberapa titik yang lain pada
kedalaman 3-6 meter, kami harus free diving untuk menikmatinya dari dekat.
Beberapa dari kami memang pencinta free diving, sehingga kami tidak mengalami
kendala untuk mendekatinya. >>Ceilehhhh
sombong dikit<<
snorkeling |
Terumbu Karang Paserang |
Clown Fish Ocellaris Paserang |
setelah
puas menikmati keindahan bawah lautnya, kami pun memutuskan untuk beristirahat
dan akan melanjutkan perjalanan pulang. Pukul 10.30 kami menghubungi boatman
untuk menjemput kami. Sementara menunggu kedatangan sang boatman, kami
mempersiapkan semua barang-barang bawaan kami. Membersihkan kembali bungalow
yang telah kami tempati adalah kewajiban bagi kami. Sampah sampah plastik tak
lupa kami kumpulkan untuk kami bawa kembali. Sudah lebih dari satu jam, kami
menunggu boatmannya datang, setiap kapal yang datang, berharap akan menjemput
kami. namun ternyata hanya perahu-perahu para pemancing ikan. Cukup lama kami
menunggu, dan pukul 13.30 baru kami di jemput. tak lupa kami berpamitan dan
menggenggamkan selembar lipatan warna biru buat penjaganya yang telah berbaik
hati kepada kami. dan setelah bernegoisasi dengan sang boatman, kami dikenakan
seharga Rp. 300.000. Alhamdulillah ya.
Kembali kami melakukan penyeberangan dan memotong
jalur kapal fery Tano-Kayangan. Dan setiba kami di tempat pak Arif, kami pun
tak ingin berlama-lama karena perut sudah mulai keroncongan meminta untuk
diisi, berhubung dari pagi tidak ada nasi untuk dimakan. Yah sebelumnya kami
memang berencana membawa nasi hanya untuk makan malam, sementara keesokan
paginya bisa dengan makanan ringan untuk ngeganjel.
dan makan siang di Tano, namun ternyata rencana makan sebelum siang di Tano molor
jadi siang menjelang sore. Apesss
Selepas kami pamitan dan memberikan sedikit uang
jajan buat anak-anak pak Arif (Pak Arif
maupun istri tak mau menerima upah jasa penitipan motor), kami pun
berangkat. Tak lupa mampir kembali ke warung nasi untuk melepas rasa lapar. Di
pelabuhan Poto Tano, kami dikenakan biaya penyeberangan Rp. 53.000 untuk
masing-masing motor. Sebenarnya, motor ini bisa dititipkan di Pelabuhan
kayangan, untuk menekan pengeluaran biaya penyeberangan. Namun karena ketidak
tahuan rekan rekan saya tentang lokasi penyeberangan ke Pulau Paserang,
sehingga motor pun dibawa hingga Tano.
Dari atas kapal kami menatap keindahan Pulau
Paserang di kejauhan. Begitu indah dan tenangnya disana. Pulau yang akan selalu
dirindukan. Inilah perjalanan yang takkan pernah terlupakan.
View Paserang |
Sampai jumpa Paserang
(Yeng, Indra, Roben, Iti, Echie, Rien, Riza)